Ketika berbagai langkah dalam memecahkan masalah bangsa tidak kunjung mendatangkan hasil yang mampu mengurai kekusutan dan melepaskan carut marut negeri ini, kini tibalah saatnya ‘’bahasa langit bersuara dan disuarakan berbarengan dengan perubahan zaman”. Sejak awal manusia ada di muka bumi hingga kehidupan kontemporer, perjalanan zaman dapat diringkas secara berurutan, dimulai pada zaman batu, zaman atom, sampai digital (gelombang ketiga, istilah Alvin Tofler).
Momentum sekarang ini  kita memasuki gelombang keempat, yaitu zaman spiritual. Pada zaman ini pendekatan masalah juga harus berdasarkan spiritual. Upaya yang harus dilakukan dengan revolusi spiritual. Apa arti revolusi spiritual ? Revolusi Spiritual maknanya melakukan perubahan cepat mencapai kesadaran bertuhan dan menjalankan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan. Tanpa Revolusi Spiritual kita akan tertimpa berbagai bencana. Rusaknya ekosistem, tidak ramahnya alam semesta, rusaknya sistem kehidupan, carut marutnya bangsa dan Negara ini disebabkan oleh manusia yang melanggar norma–norma, serta bobroknya moral, mental, spiritual. Dalam kerangka menjalankan Revolusi Spiritual, semestinya Tuhan tidak dijadikan sebagai alat, sementara kekuasaan, kepentingan, dan materi di jadikan sebagai tujuan. Seharusnya Tuhan dijadikan tujuan, sedangkan nilai-nilai ketuhanan, kekuasan, kepentingan dan materi yang di jadikan alat.

Nilai-nilai ketuhanan itu antara lain :
  1. Saling berkorban, saling bekerja sama, demokratis, keterbukaan, saling membantu, tolong menolong,  gotong royong, menyayangi, mencintai, menghormati, menghargai, melindungi.
  2. Tidak melanggar norma kebersihan, kedisiplinan, ketertiban, keteraturan, keindahan, susila, norma hukum, dan norma religi.
  3. Jujur, baik, adil, benar, taat kepada hukum, semangat dalam menjalankan tugas, mengetahui hak dan kewajiban.
  4. Mampu membedakan mana yang positip, negatip dan netral.
  5. Tidak berprasangka buruk, menghakimi, benci,  iri, dengki, dendam, sombong, takabur.
  6. Tidak marah, sedih, resah, gelisah, kecewa, ragu-ragu, cemas, jengkel, mengumpat, takut.
  7. Menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya, tawakal, sabar, ikhlas, bersyukur, berserah diri, mempersembahkan karyanya hanya kepada Tuhan.
  8. Tidak terikat dengan makhluk lahir, makhluk gaib, makhluk ruhani, maupun dengan dirinya sendiri.

Nilai-nilai ini sudah dilakukan oleh masyarakat sel dalam tubuh. Sekitar  60 milyar sel yang hidup pada diri manusia dapat bekerja dengan harmonis, karena sel sudah mempunyai kesadaran bertuhan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan. Itulah yang disebut sistem religi. Dalam sistem tersebut otak, jantung dan spirit sangat penting peranannya. Bilamana Bangsa Indonesia melakukan Revolusi Spiritual, dan dipimpin oleh manusia yang sudah mempunyai kesadaran bertuhan, sudah menjalankan nilai-nilaiNya, mempunyai kemampuan di bidangnya, memiliki undang-undang yang berpihak pada rakyat, mengetahi jelas dimana letak “otak, jantung dan spirit” dalam ketatanegaraan, maka kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan tercapai.